REVIEW : PENDAKIAN GUNUNG PRAU 2565 MDPL VIA PATAK BANTENG
April 28, 2017
![]() |
diunnduh dari : http://piknikasik.com/wp-content/uploads/2015/11/pendakian-sunrise-gunung-prau-dieng-by-@apinkjuyel-e1446625887557.jpg |
Gunung prau merupakan
salah satu gunung yang sangat populer dikalangan pendaki gunung Indonesia, tidak
hanya dari pendaki Indonesia saja akan tetapi banyak juga para turis dari luar
negeri yang datang ke Indonesia untuk menyempatakan mendaki gunung yang penuh
pesona ini.
Gunung paru merupakan
sisa reruntuhan gunung purba dieng yang memiliki struktur memanjang dari utara
ke selatan dengan bentuk permukaan mucak terdiri atas bukit-bukit kecil dan lembah-lembah
kecil yang sangat luas. Dan nama prau sendiri menggambarakan bentuknya yaitu meanjang seperti parau (kapal dalam
bahasa Indonesia) yang terlungkup jika dilihat dari sisi timur atau sisi barat.
Secara administratif
gunung paru terletak di empat kabupaten, yaitu kabupaten banjarnegara disisi
barat, kabupaten batang dan kendal disisi utara dan kabupaten wonosobo disisi
selatan. Memiliki evalasi atau ketinggian 2565 MDPL dengan tingkat kemiringan
10-60 derjad. Pada sisi barat gunung ini terdiri atas jurang dengan kedalaman
lebih dari 200 meter yang mengadap langsung ke dataran tinggi dieng.
Ana beberapa jalur
pendakian gunung ini salah satunya adalah via patak banteng. Jalur ini menjadi
jalur terfavorit bagi sebagain pendaki gunung paru. Selain letaknya yang mudah
dijangkau dari jalan raya, jalur ini merupakan jalur tercepat menuju puncak
dibandingkan dengan jalur pendakian gunung paru lainnya.
Basecamp – Pos I
Dari basecamp menuju
pos I jalur yang dilalui adalah setapak kecil di tengah perkampungan warga
kemudian dilanjutkan dengan jalan kecil berbatu dengan samping kanan kiri
perkebunan warga. Diperlukan waktu kira-kira 15 menit untuk bisa sampai pos I
yang ditandai dengan gubuk kecil. Di pos I kadang kita bisa menjumpai pedagang
dan tukang ojek yang siap menjemput dan mengatrakan kita menuju basecamp.
Pos I – Pos II
Perjalanan dari pos I
menuju ke pos II tidak terlalu menanjak dan jalur pendakian belum begitu terjal
dengan samping kanan dan kiri masih terlihat perkebunan warga. Dari pos I
menuju ke pos II dibutuhkan waktu kira-kira 15 – 30 menit saja. Di pos II kita
akan menemukan lahan yang cukup sempit yang ahnaa bisa memuat 2 tenda saja. Di
pos ini juga pendaki akan memasuki wilayah hutan gunung parahu yang di dominasi
oleh pohon cemara dan pinus. Di pos ini biasanya pendaki langsung melanjutkan
perjalanan karena perjanan pos I menuju ke pos II tidak terlalu menguras
tenaga.
Pos II – Pos III
Perjalanan dari pos
II menuju ke pos III sudah mulai menanjak, dan medan pendakian juga semakin
manantang. Jalur yang lumayan terjal akan sanagt menguras tenaga dan pada musim
hujan jalur ini akan sanagt licin dan berbahaya, pasalnya jarak pijakan kaki
(tangga) sangat jauh bahkan nyaris hilang. Tidak sedikit para pendaki mengeluh
dijalur ini dan banyak yang terpleset karena kurang hati-hati, utamanya saat
perjalanan turun. Perjalanan dari pos II menuju pos III membutuhkan watu
kira-kira 30-40 menit.
Pos III – Puncak
Perjalanan dari pos
III menuju bukit teletus juga lumayan menantang karena sepanjang jalur
pendakian kita harus benar-benar waspada dan hati-hati, karena disamping kanan
hanya ada tebing setinggi 3 meter dan disamping kiri kita adalah jurang sedalam
4-5 meter tanpa ada pengamanan atau pegangan. Jadi jika kita bverpapasan dengan
pendaki lain kita harus sedikit menepikan tubuh kita ke tebing. Jalan yang
sering berkelak kelok membuat stamina semakin berkurang, tidak sedikit para
pendaki yang memilih utnuk beristirahat di unjung belokan sembari menikamati
pemandangan gemerlapnya lampu-lampu desa di sekitar gunung paru.
Tidak lama kemudian
kita akan menmukan jalan landai dengan padang rumput yang luas dan beberapa
pepohonan di ujung jalan. Ini menandakan puncak sudah hampir sampai, dari sini
kita bisa melihat bukit-bukit kecil seperti bukt teletubis. Diujung jalan
terdapat pepohonan yang biasanya digunakan para pendaki untuk mendirikan tenda
dibawahnya, dengan alasan agar terlindung dari tiupan angin kencang yang sering
melanda gunung paru.
REVIEW : PENDAKIAN GUNUNG MERAPI 2913 MDPL VIA SELO BOYOLALI
April 24, 2017
Gunung merapi
merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia dengan riwayat letusan kurang
lebih sebanyak 68 kali letuasan sejak tahun 1548 dan letusan terahirnya
tercatat pada tahun 2010. Gunung merapi memiliki ketinggian relatif 1.356 meter
dengan ketinggian total 2.913 MDPL. Merapi merupakan gunung berapi strato
dengan bentuk kerucut dan morfologi kawah menyerupai tapal kuda dengan kubah
kawan ditengah.
Pendakian gunung
merapi via selo merupakan jalur pendakian gunung merapi yang paling sering
digunakan selain jalur babadan dan kineharjo yang kabaranya saat ini sudah
ditutup akibat letusan merapi ditahun 2010. Pendakian merapi via selo ini
tepatnya di Desa Jelatah, Kecamatan Selo Kabupaten Boylali, dengan basecamnya
yaitu barameru.
Di basecamp barameru
kamu akan melakukan registrasi sebelum pendakian dan membayar restribusi
sebesar 18.500 rupiah per individu. Restrubusi tersebut digunakan untuk untuk
karcis masuk pengunujung (hari libur) taman nasional gunung merapi,
kontribusi asuransi, karcis kegiatan penelunsuran hutan (tracking) dan mendaki
gunung merapi, dan sisanya untuk iuran desa. Selain itu untuk pendaki yang
membawa sepeda motor akan dikenakan restribusi parkir sebesar 5000 rupaih per
malamanya.
Pendakian gunung merapi via selo
dimulai dari jalanan beraspal menanjak menuju ke New selo dengan berjalanan
kaki. Dari basecamp barameru jaraknya kurang lebih 500 meter atau ditempuh selama 10 menit
perjalanan. Di New selo kita akan melihat tulisan “New Selo” dengan ukuran
raksasa menyerupai tulisan “Hollwood”.
Berikutnya adalah jalan setapak sempit dengan samping kanan perkebunan warga
dan samping kiri adalah jurang sedalam kurang lebih 20 meter.
Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan
dari new selo kamu akan sampai di gerbang taman nasioanal gunung merapi (TNGM)
yang ditandai dengan selter kecil dan gardu berwarna hijau tua. TNGM sediri memiliki ketinggian atau valasi 2072 mdpl. Kamu juga bisa beristirahat di shelter yang sudah tersedia atau sekedar berfoto.
Perjalanan menuju ke pos I gunung
merapi membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dengan jarak 0.5 km dari gerbang
TNGM. Medan perjalanan dari TNGM menuju pos I didominasi oleh jalan
setapak kecil dengan samping kanan kiri adalah semak belukar dan pepohonan
rindang. Sesekali kamu akan melihat sisa-sisa abu vulkanik gunung merapi yang
tersimpan dibawah permukaan tanah sepanjang perjalanan menuju pos I.
Sesampainya di pos I atau pos watu belah kamu akan menemukan shelter
yang cukup luas dan bisa dimanfaatkan untuk istiahat atau sholat. Di pos I juga
merupakan pertemuan dari jalur alternatif, yaitu jalur kartini.
Selanjutnya perjalanan dari pos I
menuju pos II didominasi dengan medan yang lumayan terjal, dengan samping kanan
dan kiri adalah semak belukar dan jurang yang cukup dalam. Jaraknya kurang
lebih 0.6 km dari pos sebelumnya, hanya saja medannya cukup terjal dengan
tumpuan kaki adalah batuan-batuan kecil yang
tidak setabil dan kemiringan tanah yang semakin curam, sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dan setamina yang vit.
Di pos II atau selokopo nduwur ada
lahan datar yang hanya cukup memuat 2 tenda saja, biasanya pendaki yang
datangnya lebih awal akan memilih untuk mendirikan tenda di pos ini, dengan
alasan angin tidak terlalau kencang karena masih ada bebrapa pohon cantigi dan
batuan besar. Namun tidak jarang juga para pendaki memilih untuk melajutkan
perjalanannya menuju ke pos 3 bayangan atau pos watu gajah.
Pos watu gajah merupakan tempat vaforit
kedua untuk mendirikan tenda setelah pasar bubrah. Selain letaknya tidak
terlalu jauh dari puncak, tekstur atau permukaan tanahnya yang lebih rata jika
dibandingkan dengan pasar bubrah yang semua permukaan tananhnya terdiri oleh
kecirkil-kerikil kecil yang tajam dan pasir. Meskipun sebagian besar tahan yang
digunakan untuk mendirikan tenda di pos watu gajah tidak rata, dengan
kemiringan antara 5 sampai 15 derajad, banyak pendaki yang tetap memilih untuk
mendirikan tenda disini karena lebih mudah untuk memasang pasak tenda meskipun
masih cukup sulit dan harus menggunakan batu untuk memasangnya.
Di pos watu gajah pemandangan dimalam
hari sangat memanjakan mata, dimana kita bisa melihat krumunan lampu-lampu
seakan tambang emas dan berlian bercahaya. Kerumunan lampu tersebut adalah
beberapa kota yang berada disekitar gunung merapi, yaitu sisi kanan adalah
kabupaten boyolali, klaten, dan kota solo. Sedangkan disamping kiri adalah
kabpaten magelang dan kota magelang, dan dihadapan kita adalah gunung merbabu
dengan kelap-kelip lampu senter dari para pendaki.
Dipagi harinya kamu bisa melanjutkan
perjalanan menuju ke pasar bubrah, jaraknya kurang lebih 0.5 km dari pos watu
gajah. Perjalanan menuju pasar bubrah merupakan awal sekaligus pemanasan untuk
menghadapi summit attack gunung
merapi. Sesampainya dipasar bubrah kita akan menemukan sebuah patok dengan tulisan
pasar bubrah, dan sebuah menara pemantauan gunung merapi lengkap dengan sirine
yang sewaktu-waktu akan berbunyi jika terjadi aktivitas yang tidak normal pada
gunung merapi.
Pasar bubrah merupakan lembah luas yang
letaknya tepat dibawah puncak gunung merapi, dari sini kita bisa melihat jalas
puncak dan kepulan asap putih halus gunung merapi. Banyak para pendaki yang
mendirikan tendanya disini, bahkan jumlahnya mencapai ratusan saat weekend atau libur panjang. Patok
larangan juga terpambang jelas disini, dimana pasar bubrah adalah batas aman
pendakian gunung merapi. pendaki dilarang naik ke puncak dengan alasan
keamaanan. Namun, banyak para pendaki yang menghiraukan larangan tersebut dan
nekad untuk tetap mendaki ke puncak merapi, dengan alasan sayang dan puncak
merapi sudah didepan mata.
Tantangan terbesar perjalanan menuju
puncak adalah medannya yang berbatu dan berbasir, kurang lebih hampir sama
dengan summit attack gunung semeru
(film 5 cm). Selain itu sering kali batu yang diinjak oleh pendaki yang naik
ataupun turun jatuh kebawah, sehingga kita harus selalu waspada dan
berhati-hati jika sewaktu-waktu ada batu yang jatuh dari atas, sering juga
sesama pendaki memperingkatkan apabila ada batu yang jatuh dari atas.
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam dari pasar bubrah. Sesampainya di
puncak merapi kita akan melihat sebuah kubah kawah besar dengan kepulan asap
putih dari celah-celah batuan lengkap dengan bau khas belerangnya. Ini lah
puncak merapi, lengkap dengan pemandangan yang membuat mata enggan berkedip dan
kaki enggan untuk turun. Semua perjuangan menuju puncak merapi seakan
terbayarkan oleh keagungan tuhan. Merapi tak pernah ingkar janji.