My Diary.
to Share my Life Events

REVIEW : PENDAKIAN GUNUNG PRAU 2565 MDPL VIA PATAK BANTENG

diunnduh dari : http://piknikasik.com/wp-content/uploads/2015/11/pendakian-sunrise-gunung-prau-dieng-by-@apinkjuyel-e1446625887557.jpg

Gunung prau merupakan salah satu gunung yang sangat populer dikalangan pendaki gunung Indonesia, tidak hanya dari pendaki Indonesia saja akan tetapi banyak juga para turis dari luar negeri yang datang ke Indonesia untuk menyempatakan mendaki gunung yang penuh pesona ini.
Gunung paru merupakan sisa reruntuhan gunung purba dieng yang memiliki struktur memanjang dari utara ke selatan dengan bentuk permukaan mucak terdiri atas bukit-bukit kecil dan lembah-lembah kecil yang sangat luas. Dan nama prau sendiri menggambarakan bentuknya  yaitu meanjang seperti parau (kapal dalam bahasa Indonesia) yang terlungkup jika dilihat dari sisi timur atau sisi barat.
Secara administratif gunung paru terletak di empat kabupaten, yaitu kabupaten banjarnegara disisi barat, kabupaten batang dan kendal disisi utara dan kabupaten wonosobo disisi selatan. Memiliki evalasi atau ketinggian 2565 MDPL dengan tingkat kemiringan 10-60 derjad. Pada sisi barat gunung ini terdiri atas jurang dengan kedalaman lebih dari 200 meter yang mengadap langsung ke dataran tinggi dieng.
Ana beberapa jalur pendakian gunung ini salah satunya adalah via patak banteng. Jalur ini menjadi jalur terfavorit bagi sebagain pendaki gunung paru. Selain letaknya yang mudah dijangkau dari jalan raya, jalur ini merupakan jalur tercepat menuju puncak dibandingkan dengan jalur pendakian gunung paru lainnya.
Basecamp – Pos I
Dari basecamp menuju pos I jalur yang dilalui adalah setapak kecil di tengah perkampungan warga kemudian dilanjutkan dengan jalan kecil berbatu dengan samping kanan kiri perkebunan warga. Diperlukan waktu kira-kira 15 menit untuk bisa sampai pos I yang ditandai dengan gubuk kecil. Di pos I kadang kita bisa menjumpai pedagang dan tukang ojek yang siap menjemput dan mengatrakan kita menuju basecamp.
Pos I – Pos II
Perjalanan dari pos I menuju ke pos II tidak terlalu menanjak dan jalur pendakian belum begitu terjal dengan samping kanan dan kiri masih terlihat perkebunan warga. Dari pos I menuju ke pos II dibutuhkan waktu kira-kira 15 – 30 menit saja. Di pos II kita akan menemukan lahan yang cukup sempit yang ahnaa bisa memuat 2 tenda saja. Di pos ini juga pendaki akan memasuki wilayah hutan gunung parahu yang di dominasi oleh pohon cemara dan pinus. Di pos ini biasanya pendaki langsung melanjutkan perjalanan karena perjanan pos I menuju ke pos II tidak terlalu menguras tenaga.
Pos II – Pos III
Perjalanan dari pos II menuju ke pos III sudah mulai menanjak, dan medan pendakian juga semakin manantang. Jalur yang lumayan terjal akan sanagt menguras tenaga dan pada musim hujan jalur ini akan sanagt licin dan berbahaya, pasalnya jarak pijakan kaki (tangga) sangat jauh bahkan nyaris hilang. Tidak sedikit para pendaki mengeluh dijalur ini dan banyak yang terpleset karena kurang hati-hati, utamanya saat perjalanan turun. Perjalanan dari pos II menuju pos III membutuhkan watu kira-kira 30-40 menit.
Pos III – Puncak
Perjalanan dari pos III menuju bukit teletus juga lumayan menantang karena sepanjang jalur pendakian kita harus benar-benar waspada dan hati-hati, karena disamping kanan hanya ada tebing setinggi 3 meter dan disamping kiri kita adalah jurang sedalam 4-5 meter tanpa ada pengamanan atau pegangan. Jadi jika kita bverpapasan dengan pendaki lain kita harus sedikit menepikan tubuh kita ke tebing. Jalan yang sering berkelak kelok membuat stamina semakin berkurang, tidak sedikit para pendaki yang memilih utnuk beristirahat di unjung belokan sembari menikamati pemandangan gemerlapnya lampu-lampu desa di sekitar gunung paru.
Tidak lama kemudian kita akan menmukan jalan landai dengan padang rumput yang luas dan beberapa pepohonan di ujung jalan. Ini menandakan puncak sudah hampir sampai, dari sini kita bisa melihat bukit-bukit kecil seperti bukt teletubis. Diujung jalan terdapat pepohonan yang biasanya digunakan para pendaki untuk mendirikan tenda dibawahnya, dengan alasan agar terlindung dari tiupan angin kencang yang sering melanda gunung paru.
Unknown Unknown Author

REVIEW : PENDAKIAN GUNUNG MERAPI 2913 MDPL VIA SELO BOYOLALI


Gunung merapi merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia dengan riwayat letusan kurang lebih sebanyak 68 kali letuasan sejak tahun 1548 dan letusan terahirnya tercatat pada tahun 2010. Gunung merapi memiliki ketinggian relatif 1.356 meter dengan ketinggian total 2.913 MDPL. Merapi merupakan gunung berapi strato dengan bentuk kerucut dan morfologi kawah menyerupai tapal kuda dengan kubah kawan ditengah.

Pendakian gunung merapi via selo merupakan jalur pendakian gunung merapi yang paling sering digunakan selain jalur babadan dan kineharjo yang kabaranya saat ini sudah ditutup akibat letusan merapi ditahun 2010. Pendakian merapi via selo ini tepatnya di Desa Jelatah, Kecamatan Selo Kabupaten Boylali, dengan basecamnya yaitu barameru.

Di basecamp barameru kamu akan melakukan registrasi sebelum pendakian dan membayar restribusi sebesar 18.500 rupiah per individu. Restrubusi tersebut digunakan untuk untuk karcis masuk pengunujung (hari libur) taman nasional gunung merapi, kontribusi asuransi, karcis kegiatan penelunsuran hutan (tracking) dan mendaki gunung merapi, dan sisanya untuk iuran desa. Selain itu untuk pendaki yang membawa sepeda motor akan dikenakan restribusi parkir sebesar 5000 rupaih per malamanya.

Pendakian gunung merapi via selo dimulai dari jalanan beraspal menanjak menuju ke New selo dengan berjalanan kaki. Dari basecamp barameru jaraknya kurang lebih 500 meter atau ditempuh selama 10 menit perjalanan. Di New selo kita akan melihat tulisan “New Selo” dengan ukuran raksasa menyerupai tulisan “Hollwood”. Berikutnya adalah jalan setapak sempit dengan samping kanan perkebunan warga dan samping kiri adalah jurang sedalam kurang lebih 20 meter.

Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan dari new selo kamu akan sampai di gerbang taman nasioanal gunung merapi (TNGM) yang ditandai dengan selter kecil dan gardu berwarna hijau tua. TNGM sediri memiliki ketinggian atau valasi 2072 mdpl. Kamu juga bisa beristirahat di shelter yang sudah tersedia atau sekedar berfoto.

Perjalanan menuju ke pos I gunung merapi membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dengan jarak 0.5 km dari gerbang TNGM. Medan perjalanan dari TNGM menuju pos I didominasi oleh jalan setapak kecil dengan samping kanan kiri adalah semak belukar dan pepohonan rindang. Sesekali kamu akan melihat sisa-sisa abu vulkanik gunung merapi yang tersimpan dibawah permukaan tanah sepanjang perjalanan menuju pos I.

Sesampainya di pos I  atau pos watu belah kamu akan menemukan  shelter yang cukup luas dan bisa dimanfaatkan untuk istiahat atau sholat. Di pos I juga merupakan pertemuan dari jalur alternatif, yaitu jalur kartini.

Selanjutnya perjalanan dari pos I menuju pos II didominasi dengan medan yang lumayan terjal, dengan samping kanan dan kiri adalah semak belukar dan jurang yang cukup dalam. Jaraknya kurang lebih 0.6 km dari pos sebelumnya, hanya saja medannya cukup terjal dengan tumpuan kaki adalah batuan-batuan kecil  yang tidak setabil dan kemiringan tanah yang semakin curam, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan setamina yang vit.

Di pos II atau selokopo nduwur ada lahan datar yang hanya cukup memuat 2 tenda saja, biasanya pendaki yang datangnya lebih awal akan memilih untuk mendirikan tenda di pos ini, dengan alasan angin tidak terlalau kencang karena masih ada bebrapa pohon cantigi dan batuan besar. Namun tidak jarang juga para pendaki memilih untuk melajutkan perjalanannya menuju ke pos 3 bayangan atau pos watu gajah.

Pos watu gajah merupakan tempat vaforit kedua untuk mendirikan tenda setelah pasar bubrah. Selain letaknya tidak terlalu jauh dari puncak, tekstur atau permukaan tanahnya yang lebih rata jika dibandingkan dengan pasar bubrah yang semua permukaan tananhnya terdiri oleh kecirkil-kerikil kecil yang tajam dan pasir. Meskipun sebagian besar tahan yang digunakan untuk mendirikan tenda di pos watu gajah tidak rata, dengan kemiringan antara 5 sampai 15 derajad, banyak pendaki yang tetap memilih untuk mendirikan tenda disini karena lebih mudah untuk memasang pasak tenda meskipun masih cukup sulit dan harus menggunakan batu untuk memasangnya.

Di pos watu gajah pemandangan dimalam hari sangat memanjakan mata, dimana kita bisa melihat krumunan lampu-lampu seakan tambang emas dan berlian bercahaya. Kerumunan lampu tersebut adalah beberapa kota yang berada disekitar gunung merapi, yaitu sisi kanan adalah kabupaten boyolali, klaten, dan kota solo. Sedangkan disamping kiri adalah kabpaten magelang dan kota magelang, dan dihadapan kita adalah gunung merbabu dengan kelap-kelip lampu senter dari para pendaki.

Dipagi harinya kamu bisa melanjutkan perjalanan menuju ke pasar bubrah, jaraknya kurang lebih 0.5 km dari pos watu gajah. Perjalanan menuju pasar bubrah merupakan awal sekaligus pemanasan untuk menghadapi summit attack gunung merapi. Sesampainya dipasar bubrah kita akan menemukan sebuah patok dengan tulisan pasar bubrah, dan sebuah menara pemantauan gunung merapi lengkap dengan sirine yang sewaktu-waktu akan berbunyi jika terjadi aktivitas yang tidak normal pada gunung merapi.

Pasar bubrah merupakan lembah luas yang letaknya tepat dibawah puncak gunung merapi, dari sini kita bisa melihat jalas puncak dan kepulan asap putih halus gunung merapi. Banyak para pendaki yang mendirikan tendanya disini, bahkan jumlahnya mencapai ratusan saat weekend atau libur panjang. Patok larangan juga terpambang jelas disini, dimana pasar bubrah adalah batas aman pendakian gunung merapi. pendaki dilarang naik ke puncak dengan alasan keamaanan. Namun, banyak para pendaki yang menghiraukan larangan tersebut dan nekad untuk tetap mendaki ke puncak merapi, dengan alasan sayang dan puncak merapi sudah didepan mata.

Tantangan terbesar perjalanan menuju puncak adalah medannya yang berbatu dan berbasir, kurang lebih hampir sama dengan summit attack gunung semeru (film 5 cm). Selain itu sering kali batu yang diinjak oleh pendaki yang naik ataupun turun jatuh kebawah, sehingga kita harus selalu waspada dan berhati-hati jika sewaktu-waktu ada batu yang jatuh dari atas, sering juga sesama pendaki memperingkatkan apabila ada batu yang jatuh dari atas. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam dari pasar bubrah. Sesampainya di puncak merapi kita akan melihat sebuah kubah kawah besar dengan kepulan asap putih dari celah-celah batuan lengkap dengan bau khas belerangnya. Ini lah puncak merapi, lengkap dengan pemandangan yang membuat mata enggan berkedip dan kaki enggan untuk turun. Semua perjuangan menuju puncak merapi seakan terbayarkan oleh keagungan tuhan. Merapi tak pernah ingkar janji.
Unknown Unknown Author

Search This Blog

Blog Archive

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll